Beranda | Artikel
Sifat Ibadurrahman (Bag. 2): Menjaga Salat, Tak Terkecuali Salat Malam
10 jam lalu

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 64)

Di antara sifat hamba-hamba Ar-Rahman yang tampak jelas adalah menjaga salat. Salat merupakan amalan fisik yang paling agung, baik salat wajib maupun sunah, tak terkecuali salat malam, karena ia adalah sunah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terdapat banyak hadis yang menjelaskan tentang keutamaan menjaga salat; dan karena itulah, Allah menyebutkannya secara khusus dalam ayat sebelumnya bahwa ia termasuk sifat hamba-hamba Ar-Rahman yang sejati.

Di antara hadis yang menjelaskan tentang keutamaan salat malam adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ: صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim no. 1163)

Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ

“Hendaklah kalian melakukan salat malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. Ia bisa mendekatkan diri kepada Rabb kalian, menghapus dosa-dosa, dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi no. 3549, disahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab Irwa’ al-Ghalil no. 452)

Adapun waktu melakukan salat malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukannya semalam suntuk. Terkadang beliau salat di awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam. Lalu, beliau lebih sering melakukan salat malamnya di akhir malam, yaitu di waktu sahur, yang merupakan waktu paling utama untuk salat malam. Sebab pada waktu itu, Allah Rabb semesta alam turun ke langit dunia, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita Tabaraka wa Ta‘ala turun ke langit dunia setiap malam hingga sepertiga malam yang terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya; siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya; dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 752)

Sudah semestinya bagi seseorang yang ingin menasihati dirinya sendiri untuk bersemangat agar memiliki bagian dari salat malam, sekalipun hanya dengan beberapa rekaat saja, agar ia tetap mendapatkan keutamaan yang agung ini.

Inilah keadaan hamba-hamba Ar-Rahman dalam menjaga salat malam, mereka senantiasa beribadah, bermunajat, tunduk, dan khusyuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sujud, rukuk, dan berdiri mereka. Jika keadaan mereka seperti itu dalam salat malam — yang tidak diwajibkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla atas mereka — maka bagaimana lagi keadaan mereka saat salat lima waktu yang merupakan rukun agama paling agung setelah dua kalimat syahadat?! Tidak diragukan lagi bahwa mereka jauh lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga dan melaksanakannya.

[Bersambung]

Kembali ke bagian 1

***

Penerjemah: Chrisna Tri Hartadi

Artikel Muslim.or.id

 

Catatan kaki:

Diterjemahkan dari Kitab Shifatu ‘Ibadirrahman, karya Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah, hal. 11-13.


Artikel asli: https://muslim.or.id/108516-sifat-ibadurrahman-bag-2-menjaga-salat-tak-terkecuali-salat-malam.html